Senin, 05 Desember 2011

Apakah benar Yesus bangkit dari kematian?

Kita semua ingin tahu apa yang terjadi setelah kita mati. Ketika orang yang kita cintai
meninggal, kita ingin sekali melihat mereka kembali pada giliran kita (meninggal)
nantinya. Apakah kita akan punya reuni menggembirakan dengan mereka yang kita cintai
atau kematian adalah akhir dari seluruh kesadaran?
Yesus mengajarkan bahwa hidup tidak berakhir setelah tubuh kita mati. Dia membuat
klaim mengejutkan ini, "Akulah kebangkitan dan hidup. Mereka, yang percaya
kepadaKu, meskipun mereka mati sama seperti semua orang, akan hidup kembali."
Menurut para saksi mata, yang sangat dekat denganNya, Yesus kemudian
memperlihatkan kuasa atas kematian dengan bangkit dari kematian setelah disalibkan dan
dikubur selama tiga hari. Inilah kepercayaan yang memberikan harapan kepada orang
Kristen selama hampir 2000 tahun.
Namun sebagian orang tidak punya harapan setelah kematian. Filsuf ateis, Bertrand
Russell, menulis,"Saya percaya bahwa ketika saya meninggal saya akan membusuk dan
tidak ada dari kesadaran saya yang akan bertahan."[1] Russell jelas tidak percaya pada
perkataan Yesus.
Para pengikut Yesus menulis Dia menampakkan diri hidup setelah penyaliban dan
penguburanNya. Mereka juga menjelaskan tidak hanya melihat Dia, tapi juga makan
bersama-sama dengan Dia, menyentuhNya, dan bersama-sama dengan Dia selama 40
hari.
Jadi, apa ini hanyalah cerita yang bertumbuh dengan berjalannya waktu atau berdasarkan
bukti kuat? Jawaban atas pertanyaan ini sangatlah mendasar bagi KeKristenan. Jika
Yesus benar-benar bangkit dari kematian, hal itu akan memberi pengesahan atas segala
hal yang dikatakanNya mengenai diriNya, mengenai arti kehidupan, dan mengenai tujuan
kita setelah kematian.
Jika Yesus benar-benar bangkit dari kematian maka hanya Dia sendiri yang punya
jawaban mengenai kehidupan dan apa yang menanti kita setelah kita meninggal. Disisi
lain, jika kebangkitan Yesus tidak benar, maka KeKristenan akan didasarkan pada
kebohongan. Teolog R. C. Sproul menyebutnya seperti ini,
"Klaim kebangkitan vital bagi KeKristenan. Jika Kristus dibangkitkan dari
kematian oleh Allah, maka Dia punya mandat dan sertifikat yang tidak dimiliki
oleh pemimpin agama manapun. Buddha meninggal. Muhammad meninggal.
Musa meninggal. Konfusius meninggal. Tapi menurut …KeKristenan, Kristus
hidup.”[2]
Banyak para kritikus telah mencoba membantah kebangkitan. Josh McDowell adalah
salah satu kritikus yang melakukan riset bukti-bukti kebangkitan, lebih dari 700 jam.
McDowell menyatakan mengenai pentingnya kebangkitan,
"Saya sudah mencapai kesimpulan bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah yang paling
aneh, kejam, kebohongan tidak berhati nurani yang pernah dilakukan terhadap pikiran
manusia atau ini adalah fakta paling menakjubkan dalam sejarah."[3]
2
Jadi, apakah kebangkitan Yesus adalah fakta fantastis atau mitos paling keji? Untuk
mengetahuinya, kita harus melihat bukti sejarah dan mengambil kesimpulan kita sendiri.
Mari kita lihat apa yang ditemukan para kritikus bagi dirinya sendiri.
Sinis Dan Kritis
Tidak semua orang siap untuk meneliti bukti-bukti dengan adil dan terbuka. Bertrand
Russell mengakui pandangannya terhadap Yesus "tidak berkaitan" dengan fakta
sejarah.[4] Sejarahwan Joseph Campbell, tanpa menyebut adanya bukti, dengan tenang
menyatakan kepada pirsawan televisi PBS bahwa kebangkitan Yesus bukanlah kejadian
nyata.[5] Para ahli lain, seperti John Dominic Crossan dari Seminar Yesus setuju
dengannya.[6] Tidak satupun dari orang-orang yang sinis ini memberikan bukti atas
pandangan mereka.
Kritis yang sebenarnya, berlawanan dengan sinisme, tertarik dengan bukti-bukti. Dalam
editorial majalah Skeptic berjudul "Apa itu Skeptis (Kritis)?" sebuah defenisi
diberikan,"Skeptisme (Kritis) adalah penerapan pemikiran yang masuk akal pada setiap
dan semua ide --- tidak ada sapi suci yang dikecualikan. Dengan kata lain … kritis
(skeptis) tidak ingin memasuki sebuah investigasi yang menutup diri dari kemungkinan
fenomena itu nyata atau klaim itu mungkin benar. Ketika kita katakan kita kritis s, kita
artikan bahwa kita harus melihat bukti yang meyakinkan sebelum kita percaya"[7]
Tidak seperti Russell dan Crossan, banyak kritikus yang sungguh-sungguh telah
menginvestigasi bukti-bukti kebangkitan Yesus. Dalam artikel ini kita akan mendengar
dari banyak dari mereka dan melihat bagaimana mereka menganalisa bukti yang mungkin
jadi pertanyaan paling penting dalam sejarah manusia: apakah benar Yesus bangkit dari
kematian?
Bernubuat Untuk Dirinya Sendiri.
Sebelum kematiannya, Yesus mengatakan kepada para muridnya bahwa dia akan
dikhianati, ditangkap, dan disalib, dan Dia akan bangkit tiga hari kemudian. Sebuah
rencana yang aneh! Ada apa dibelakang ini? Yesus bukan penghibur yang bersedia
melakukan pertunjukan atas pesanan orang lain; tapi, Dia berjanji bahwa kematianNya
dan kebangkitanNya akan memberi bukti kepada orang-orang (jika hati dan pikirannya
terbuka) bahwa Dia adalah benar-benar Mesias.
Ahli Alkitab Wilbur Smith mencatat tentang Yesus,
"Ketika Dia mengatakan Dia akan bangkit kembali dari kematian, pada tiga hari
setelah Dia disalibkan, Dia mengatakan sesuatu yang hanya orang bodoh berani
mengatakannya, jika Dia mengharapkan pemujaan lebih lama dari para murid ----
kecuali Dia benar-benar yakin bahwa Dia akan bangkit. Tidak ada pendiri agama
dunia manapun yang diketahui manusia pernah berani mengatakan hal semacam
itu.[8]
Dengan kata lain, karena Yesus sudah dengan jelas mengatakan kepada para muridnya
bahwa Dia akan bangkit lagi setelah kematianNya, maka kegagalan memenuhi janji itu
akan membuat diriNya menjadi sekedar seorang penipu. Tapi kita sudah terlalu jauh
analisanya. Bagaimanan Yesus meninggal sebelum Dia (jika bena) bangkit kembali?
3
Kematian Yang Mengerikan Dan Kemudian. . . ?
Anda tahu apa yang terjadi pada jam-jam terakhir kehidupan Yesus di dunia, mirip jika
anda telah menonton film yang dibuat oleh Mel Gibson (bintang Brave Hart dan jagoan
jalanan) Jika anda tidak melihat bagian dari "The Passion of the Christ" karena anda
menutup mata anda (akan lebih mudah mensyuting film itu dengan filter merah di
kamera), coba membaca halaman-halaman Injil di Perjanjian Baru untuk mengetahui apa
yang anda tidak lihat itu.
Seperti yang sudah diprediksi Yesus, Dia dikhianati oleh salah satu muridnya, Yudas
Iskariot, dan ditangkap. Dalam sebuah pengadilan, yang sudah diatur sebelumnya, oleh
Gubernur Romawi, Pontius Pilatus, Dia terbukti bersalah karena pengkhianatan dan
dihukum mati disalib kayu. Sebelum dipaku di salib, Yesus secara brutal disiksa dengan
cambuk Romawi, yang pada tiap cambukan maka mata cambuk akan masuk sampai ke
tulang dan kait-kait besinya akan merobek daging. Dia dipukuli berkali-kali, ditendangi,
dan diludahi.
Kemudian, dengan paku besar algojo Romawi memaku tangan dan kaki Yesus.
Akhirnya,mereka mendirikan salib di sebuah lubang di tanah diantara dua penjahat, yang
juga disalib.
Yesus tergantung disalib selama sekitar enam jam. Kemudian, pada pukul 3.00 sore ---
sama persis dengan pengorbanan (pemotongan) domba Paskah sebagai penebus dosa (ada
sedikit simbolisme disini, bagaimana menurut anda?) --- Yesus berteriak, "Sudah selesai"
(dalam bahasa Aramaic) dan mati. Tiba-tiba langit jadi gelap dan terjadi gempa bumi.[9]
Pilatus ingin memverifikasi bahwa Yesus benar-benar mati sebelum tubuhNya
dikuburkan. Karena itu, seorang prajurit Romawi menusuk perut Yesus dengan tombak.
Campuran darah dan air yang keluar memberi indikasi jelas bahwa Yesus sudah mati.
Jenazah Yesus kemudian diturunkan dari salib dan dikuburkan di kubur Yusuf dari
Arimatea. Prajurit Romawi menyegel kuburan dan menjaganya selama 24 jam.
Sementara, murid-murid Yesus syok. Dr. J. P. Moreland Menjelaskan bagaimana syok
dan kebingungan melanda mereka setelah kematian Yesus di kayu salib. “Mereka tidak
lagi punya kepercayaan bahwa Yesus telah dikirim oleh Allah. Mereka juga telah
diajarkan bahwa Allah tidak akan membiarkan MesiasNya mati. Jadi mereka tercerai
berai. Seluruh gerakan Yesus sudah terhenti. ”[10]
Semua harapan lenyap. Roma dan pemimpin Yahudi telah menang ---- atau memang
tampaknya seperti itu.
Sesuatu Terjadi
Tapi itu bukan akhirnya. Gerakan Yesus tidak lenyap (kelihatannya) dan nyatanya
KeKristenan ada hari ini sebagai agama terbesar dunia. Karena itu, kita harus tahu apa
yang terjadi setelah jenazah Yesus diturunkan dari salib dan dibaringkan di kuburan.
Dalam artikel di harian New York Times, Peter Steinfels menuliskan peristiwa yang
terjadi selama tiga hari setelah kematian Yesus,"Beberapa saat setelah Yesus di eksekusi,
para pengikutNya tiba-tiba berubah dari kelompok orang yang takut dan bersembunyi
menjadi pembawa pesan mengenai Yesus yang hidup dan kedatangan kerajaanNya,
berkotbah dengan taruhan nyawa, dan akhirnya mengubah kekaisaran. Sesuatu terjadi. …
4
Tapi pastinya apa?”[11] Itulah pertanyaan yang harus kita jawab melalui investigas atas
fakta-fakta.
Hanya ada lima kemungkinan penjelasan atas kemungkinan kebangkitan Yesus, seperti
terlihat di Perjanjian Baru:
1. Yesus tidak benar-benar mati di atas kayu salib.
2. "Kebangkitan" adalah konspirasi.
3. Para murid berhalusinasi.
4. Catatan mengenai itu hanya legenda.
5. Itu benar-benar terjadi.
Mari kita telaah opini-opini itu dan melihat yang mana yang paling cocok dengan faktafakta.
Apakah Yesus Mati?
“Marley benar-benar sudah mati lebih dari sebuah paku pintu, mengenai hal itu sudah
tidak diragukan lagi." Tulis Charles Dickens dalam A Christmas Carol, pengarang tidak
ingin siapapun salah sangka atas karakter supranatural yang akan muncul
menggantikannya. Dengan cara sama, sebelum kita mengambil peran CSI dan merangkai
bukti-bukti kebangkitan, kita harus memastikan bahwa, pada kenyataannya, ada sebuah
mayat. Apalagi, kadang-kadang surat kabar melaporkan ada "jenazah" di kamar mayat
yang ditemukan bergetar dan akhirnya bangun lagi. Apakah hal seperti itu telah terjadi
terhadap Yesus?
Beberapa telah mengira Yesus tetap hidup setelah penyaliban dan dipulihkan oleh udara
dingin dan lembab di kuburan-- "Wah, berapa lama saya tidak sadarkan diri?" Tapi teori
ini tidak cocok dengan bukti medis. Dalam artikel di majalah Journal of the American
Medical Association dijelaskan kenapa hal seperti itu disebut sebagai "teori pingsan/mati
suri" tidak bisa diterima,"Sudah jelas, bobot bukti historis dan medis mengindikasikan
Yesus sudah mati. … Tombak, yang ditusuk diantara rusuk kananNya, kemungkinan
tidak hanya merobek paru-paru kanan, tapi juga menembus membran selimut jantung dan
jantung dan memastikan kematianNya”[12] Tapi skeptisme terhadap kesimpulan ini tetap
ada apalagi kasus ini sudah dingin selama 2000 tahun. Karena itu, kita membutuhkan
opini kedua.
Satu tempat untuk menemukannya adalah laporan-laporan dari sejarahwan non-Kristen,
yang ada pada saat Yesus hidup. Tiga sejarahwan ini mencatat kematian Yesus.
• Lucian (120 SM – 180 sesudah masehi. menyebutkan Yesus sebagai penyaliban
seorang filsuf.[13]
• Josephus ( tahun 37– 100.) menulis, "Pada saat itu tampaknya Yesus, seorang
bijaksana, karena perbuatan luar biasaNya . Ketika Pilatus menghukumNya
disalib, pemimpin kita, menuduh Dia, mereka yang mengasihi Dia tidak berbuat
apa-apa"[14]
• Tacitus (tahun 56–120.) menulis, "Kristus, namaNya dari tempatNya berasal,
menderita hukuman ekstrim .... ditangan penguasa kita, Pontius Pilatus.[15]
Ini seperti masuk ke ruang arsip dan menemukan satu hari di musim panas pada abad
pertama, The Jerusalem Post memuat berita halaman depan dengan cerita Yesus di salib
dan mati. Bukan hasil kerja detektif yang jelek, dan cukup konklusif.
5
Nyatanya, tidak ada catatan sejarah dari orang Kristen, Romawi, atau Yahudi yang
mempertanyakan apakah Yesus mati atau penguburannya. Bahkan Crossan, yang skeptis
atas kebangkitan, sepakat bahwa Yesus benar-benar hidup dan mati. "Dia disalibkan
adalah meyakinkan secara kesejarahan.16 Dibawah cahaya bukti seperti itu, kita
tampaknya punya dasar kuat untuk menyingkirkan satu dari lima opini itu. Yesus benarbenar
mati, "mengenai itu tidak diragukan lagi."
Mengenai Kubur Kosong
Tidak ada sejarahwan serius yang sungguh meragukan kematian Yesus ketika Dia
diturunkan dari salib. Namun, banyak yang mempertanyakan bagaimana tubuh Yesus
lenyap dari kuburan. Jurnalis Inggris, Dr. Frank Morison. sebelumnya berpikir
kebangkitan itu mitos atau penipuan, dan dia mulai melakukan riset untuk menulis buku
menentangnya.[17] Buku itu jadi terkenal tapi dengan alasan yang berbeda dari maksud
sebelumnya, seperti yang akan kita lihat.
Morison memulainya dengan mencoba memecahkan kasus kubur yang kosong. Kubur itu
milik anggota Dewan Sanhedrin, Yusuf dari Arimatea. Pada masa itu, masuk anggota
dewan sama dengan bintang rock. Semua orang tahu siapa anggota dewan. Yusuf pastilah
orang, yang hidup dimasa itu. Kalau tidak, para pemimpin Yahudi akan mengungkap
cerita itu sebagai penipuan dalam upaya mereka membantah telah terjadi kebangkitan.
Juga, kubur Yusuf sudah dikenal baik lokasinya dan dengan mudah diidentifikasi, jadi
setiap pemikiran bahwa Yesus "hilang di pekuburan" harus disingkirkan.
Morison heran kenapa para musuh Yesus membiarkan "mitos kubur kosong" ada jika itu
tidak benar. Penemuan jenazah Yesus akan langsung membunuh seluruh rencana itu.
Dan apa yang dikenal sejarah sebagai musuh-musuh Yesus adalah mereka yang menuduh
murid-murid Yesus mencuri mayatNya, sebuah tuduhan yang datang dari kepercayaan
bahwa kubur itu sudah kosong.
Dr. Paul L. Maier, dosen sejarah kuno di Universitas Western Michigan, juga memberi
pendapat yang sama, "Jika semua bukti diteliti dengan hati-hati dan adil, maka itu
sungguh-sungguh bisa dibenarkan untuk menyimpulkan bahwa kubur dimana Yesus
ditempatkan benar kosong pada pagi hari pertama Paskah. Dan tidak ada sedikitpun bukti
yang ditemukan .... yang membantah pernyataan itu."[18]
Para pemimpin Yahudi kaget, dan menuduh para murid mencuri mayat Yesus. Tapi
penguasa Romawi sudah menugaskan penjagaan 24 jam di kubur dengan sebuah unit
penjaga terlatih (4 - 12 prajurit). Morison bertanya,"Bagaimana profesional-profesional
ini membiarkan mayat Yesus dicuri? Tidak mungkin bagi siapapun untuk menyelinap
dibelakang penjaga Romawi dan menggeser batu seberat dua ton. Namun batu itu
bergeser dan tubuh Yesus hilang.
Jika tubuh Yesus ditemukan di satu tempat, para musuhnya akan langsung mengekspos
kebangkitan itu sebagai penipuan. Tom Anderson, mantan ketua California Trial Lawyers
Association, menyimpulkan kuatnya argumen ini,
"Kejadian itu terpublikasi dengan baik, apa anda pikir akan cukup masuk akal jika
satu sejarahwan, satu saksi mata, satu penentang (Yesus) akan mencatat, untuk
sepanjang masa, bahwa dia telah melihat jenazah Yesus? … Ke-diam-an sejarah
begitu menulikan, ketika mencari testimoni menentang kebangkitan."[19]
6
Jadi, tanpa ada bukti jenazah, dan diketahui kubur itu benar-benar kosong, Morison
menerima ada bukti kuat tubuh Yesus telah hilang dari kubur.
Perampokan Kuburan?
Morison meneruskan investigasinya, dia mulai meneliti motif-motif para pengikut Yesus.
Mungkin apa yang diperkirakan kebangkitan hanyalah pencurian mayat. Tapi jika begitu,
bagaimana dengan semua laporan mengenai kehadiran Yesus yang sudah bangkit.
Sejarahwan Paul Johnson, di bukunya History of the Jews, menulis, ”Apa yang penting
bukanlah kondisi kematianNya tapi fakta Dia telah secara luas dan dipercayai dengan
kuat, oleh lingkaran orang yang meluas, telah bangkit kembali.[20]
Kubur itu benar-benar kosong. Tetapi bukanlah hanya ketiadaan tubuh yang
menyemangati pengikut Yesus (terutama jika merekalah yang mencuriNya.). Sesuatu
yang luar biasa pastilah telah terjadi, bagi para pengikut Yesus yang tidak lagi berduka,
tidak lagi bersembunyi, dan mulai, dengan tanpa takut, memproklamasikan bahwa
mereka telah melihat Yesus hidup.
Catatan para saksi mata melaporkan Yesus tiba-tiba muncul dihadapan para
pengkikutNya, pertama-tama perempuan. Morison heran kenapa para konspirator
menjadikan perempuan sebagai pusat rencana mereka. Pada abad pertama, perempuan
tidak punya hak apapun, milik pribadi, atau status. Jika rencana (konspirasi) itu ingin
berhasil, Morison berpikir akan masuk akal jika para konspirator menggambarkan lakilaki,
bukan perempuan, sebagai yang pertama melihat Yesus hidup. Namun kita dengar
perempuan menyentuh Dia, berbicara dengan Dia, dan yang pertama menemukan kubur
kosong.
Belakangan, menurut catatan saksi mata, semua murid melihat Yesus lebih dari 10 kali
pada peristiwa berbeda. mereka menulis Dia memperlihatkan tangan dan kakinya dan
mengatakan kepada mereka bahwa mereka boleh menyentuhNya. Dan Dia dilaporkan
makan bersama mereka dan kemudian muncul hidup kepada lebih dari 500 pengikut di
satu peristiwa.
Ahli hukum John Warwick Montgomery menjelaskan, “Pada tahun 56 (Rasul Paulus
menulis lebih dari 500 orang telah melihat Yesus bangkit dan sebagian besar dari mereka
masih hidup (1 Korintus 15:6) Orang Kristen mula-mula akan melewati batas kredibilitas
jika merekayasa cerita seperti itu dan berkhotbah diantara mereka yang mungkin dengan
mudah membantahnya dengan mempertunjukkan jenazah Yesus."[21]
Ahli Alkitab Geisler dan Turek setuju. "Jika kebangkitan tidak terjadi, kenapa Rasul
Paulus memberi begitu banyak daftar saksi mata? Dia bisa langsung kehilangan semua
kredibilitasnya dihadapan pembaca Korintus dengan berbohong sedemikian
terangnya.[22]
Petrus, dihadapan kerumunan orang di Kaisarea, mengatakan kenapa dia dan para murid
lain sangat yakin Yesus hidup.
Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuatNya di tanah Yudea maupun di
Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib.
Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia
menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang
sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum
bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.
7
(Kisah Para Rasul 10:39-41)
Ahli Alkitab Inggris, Michael Green, mengatakan, "Penampakkan Yesus adalah otentik
sama seperti yang lain di era kuno itu. … Tidak ada keraguan rasional bahwa hal-hal itu
telah terjadi."[23]
Konsisten sampai Akhir
Seakan-akan laporan saksi mata tidak cukup untuk menjawab tantangan skeptisme
Morison, dia juga kaget oleh perilaku para murid. Fakta historis telah membingungkan
sejarahwan, psikolog, dan juga para kritikus bahwa ke 11 mantan pengecut itu tiba-tiba
bersedia menderita dipermalukan, disiksa, dan dibunuh. Semua murid Yesus, kecuali
satu, mati sebagai martir. Apakah mereka telah melakukan banyak hal hanya untuk
kebohongan, mengetahui bahwa merekalah yang mengambil tubuh itu?
Para martir Islam pada 11 September telah membuktikan bahwa ada orang yang bersedia
mati untuk perjuangan, yang salah, yang mereka percayai. Tapi untuk bersedia mati
martir demi sebuah kebohongan adalah gila. Seperti ditulis Paul Little, "Orang bersedia
mati demi apa yang mereka percaya itu benar, kendati sebenarnya salah. Mereka tidak
akan bersedia mati bagi apa yang mereka tahu itu kebohongan."[24] Para murid Yesus
berperilaku konsisten dengan keyakinan asli mereka bahwa pemimpin mereka hidup.
Tidak tersedia penjelasan, yang cukup, untuk menjelaskan kenapa para murid bersedia
mati untuk kebohongan yang diketahui. Tapi bahkan jika mereka semua berkonspirasi
berbohong mengenai kebangkitan Yesus, bagaimana mereka mampu memelihara
konspirasi itu selama puluhan tahun tanpa ada salah satu dari mereka menjual informasi
itu, demi uang atau jabatan? Moreland menulis,"Mereka yang berbohong demi
memperoleh keuntungan pribadi tidak akan kompak bersama-sama demikian sangat
lama."[25]
Mantan "orang bertopi" dari pemerinthan (Presiden Amerika Richard) Nixon, Chuck
Colson, yang terlibat dalam skandal Watergate, menjelaskan betapa sukarnya bagi
beberapa orang untuk mempertahankan kebohongan dalam jangka waktu lama.
"Saya tahu kebangkitan itu fakta, dan Watergage sudah membuktikannya untuk
saya. Bagaimana? Karena ada 12 orang bersaksi mereka telah melihat Yesus
bangkit dari kematian, dan mereka memproklamirkan kebenaran itu selama 40
tahun, tidak sekalipun membantahnya. Setiap orang telah dipukuli, disiksa,
dilempari batu dan dipenjarakan. Mereka tidak akan bertahan jika itu tidak benar.
Watergate melibatkan 12 orang paling berkuasa di dunia --- dan mereka tidak
mampu bertahan berbohong selama tiga minggu. Anda katakan kepada saya ke 12
rasul telah berbohong selama 40 tahun? Sangat tidak mungkin."[26]
Sesuatu terjadi sehingga mengubah segalanya bagi laki-laki dan perempuan itu. Morison
mengakui, "Siapapun yang menghadapi masalah itu cepat atau lambat akan berhadapan
dengan fakta yang tidak bisa dijelaskan. … Ini fakta … bahwa ada keyakinan mendalam
muncul dari kelompok kecil orang --- perubahan yang terikat dengan fakta bahwa Yesus
telah bangkit dari kematian."[27]
Apakah Murid-Murid Berhalusinasi?
8
Ada orang-orang yang masih berpikir mereka melihat Elvis, gemuk dan berambut abuabu,
mampir di Dunkin Donuts. Dan yang lain percaya malam sebelumnya mereka
bersama-sama mahluk luar angkasa di kapal induknya dan jadi bahan percobaan, yang
tidak bisa diungkapkan. Kadang-kadang ada orang tertentu yang bisa "melihat" hal-hal
yang ingin mereka lihat, hal-hal yang tidak benar-benar ada di sana. Dan itulah kenapa
orang mengklaim murid-murid begitu tertekan karena penyaliban dan mereka sangat
ingin melihat Yesus hidup telah menyebabkan halusinasi massal. Mungkinkah?
Psikolog Gary Collins, mantan ketua American Association of Christian Counselor,
ditanya mengenai kemungkinan halusinasi ada dibelakang perubahan radikal perilaku
para murid. Collins menjawab,"Halusinasi terjadi hanya pada individu. Oleh karena sifat
alamiahnya, hanya satu orang bisa melihat sebuah halusinasi pada satu waktu. Mereka
pasti bukanlah sesuatu yang bisa dilihat oleh sekelompok orang.[28]
Halusinasi bahkan bukan kemungkinan paling kecil, menurut psikolog Thomas J.
Thorburn. “Sama sekali tidak meyakinkan bahwa ..... lima ratus orang, dengan kondisi
pikiran baik .... mengalami semua jenis pengalaman indra --- visual, pendengaran,
sentuhan --- dan semua .... pengalaman-pengalaman itu seluruhnya disebabkan oleh ......
halusinasi”[29]
Apalagi, dalam psikologi halusinasi, seseorang perlu ada dalam kerangka berpikir dimana
mereka sangat ingin melihat seseorang sehingga orang itu terbentuk dalam pikiran
mereka. Dua pemimpin utama gereja mula-mula (purba), Yakobus dan Paulus, keduanya
berhadapan dengan Yesus, yang sudah bangkit, tanpa pernah berharap, atau
mengharapkan kesenangan. Rasul Paulus, nyatanya pernah memimpin penindasan
terhadap orang Kristen, dan pertobatannya masih tetap tidak terjelaskan kecuali oleh
testimoninya sendiri bahwa Yesus menampakkan diri untuknya.
Dari Kebohongan Sampai Legenda
Sejumlah kritikus, yang tidak yakin, melabelkan cerita kebangkitan sebagai legenda yang
dimulai oleh satu atau lebih orang berbohong atau merasa mereka melihat Yesus bangkit.
Selama perjalanan waktu, legenda tumbuh dan berbunga-bunga ketika diteruskan
berkeliling. Pada teori ini, kebangkitan Yesus disamakan dengan meja bundar Raja
Arthur, George Washington kecil yang tidak bisa berbohong, dan janji bahwa Jaminan
Sosial akan tersedia ketika kita membutuhkannya.
Tapi ada tiga masalah besar dengan teori ini.
1. Legenda jarang berkembang ketika masih banyak saksi mata hidup, yang bisa
membantahnya. Sejarahwan Romawi dan Yunani kuno, AN Sherwin-White,
berargumen bahwa berita kebangkitan tersebar telalu dini dan terlalu cepat untuk
bisa disebut sebagai legenda.[30]
2. Legenda berkembang melalui tradisi oral dan tidak melalui dokumen-dokumen
bersejarah yang bisa di verifikasi. Apalagi Injil ditulis di dalam jangka waktu tiga
dekade setelah kebangkitan.[31]
3. Teori legenda tidak cukup untuk menjelaskan fakta akan adanya kubur kosong
atau keyakinan historis, yang bisa di verifikasi, para rasul bahwa Yesus hidup.[32]
Kenapa Kekristenan Menang
9
Morison kaget dengan fakta sebuah gerakan kecil, yang tidak signifikan, mampu bertahan
terhadap tekanan keras penguasa Yahudi, juga oleh kekuatan besar Roma. Kenapa
mereka menang menghadapi semua pihak yang menentangnya?
Dia menulis, "Dalam waktu dua puluh tahun, klaim para petani Galilea ini telah
menggoyang kekuasaan Yahudi. … Dalam kurang dari lima puluh tahun, gerakan itu
sudah mulai mengancam kedamaian Kekaisaran Romawi. Ketika kita sudah mengatakan
apa yang bisa dikatakan ... kita berdiri dihadapan misteri terbesar. Kenapa mereka
menang?"[33]
Berdasarkan semua pemikiran, KeKristenan seharusnya mati di salib ketika para murid
lari ketakutan. Tapi para rasul terus membangun gerakan KeKristenan, yang terus
tumbuh.
J. N. D. Anderson menulis, "Pikirkan psikologi absurditas sebuah kelompok kecil orang
kalah, yang pengecut, bersembunyi di ruang atas, satu hari, dan beberapa hari kemudian
berubah jadi kelompok yang tidak ada satupun penindasan bisa membungkamnya -- dan
kemudian mencoba melabel perubahan dramatis ini tidak lebih meyakinkan daripada
sebuah rekayasa menyedihkan. … Ini dengan jelas tidak masuk akal.”[34]
Banyak pakar percaya (dalam perkataan komentator jaman kuno) bahwa, "darah martir
adalah bibit gereja". Sejarahwan Will Durant mengamati, "Kaisar dan Kristus telah
bertemu di arena dan Kristus menang."[35]
Kesimpulan Mengejutkan
Dengan mitos, halusinasi, dan otopsi asal-asalan tersingkirkan, dengan bukti-bukti
meyakinkan terhadap kubur kosong, dengan banyaknya saksi mata penampakkanNya,
dan dengan transformasi (perubahan) yang tidak terjelaskan dan dampaknya terhadap
dunia oleh mereka yang mengklaim telah melihatNya, Morison jadi yakin bahwa
keyakinan biasnya pada kebangkitan Yesus salah. Dia mulai menulis buku yang berbeda
—berjudul Who Moved the Stone?—untuk merinci kesimpulan-kesimpulan barunya.
Morison hanya mengikuti jejak bukti-bukti, petunjuk demi petunjuk, sampai kebenaran
kasus itu menjadi jelas baginya. Kejutannya adalah bukti-bukti itu telah membawanya
menjadi percaya terhadap kebangkitan.
Di bab pertama bukunya, "Buku yang Menolak untuk Ditulis", mantan kritikus (skeptis)
ini menjelaskan bagaimana bukti-bukti meyakinkan Dia bahwa kebangkitan Yesus adalah
kejadian nyata historis. "Itu seperti seseorang berjalan menembus hutan mengikuti jalur,
yang dikenal dan sering dilewati, dan keluar dengan tiba-tiba ditempat yang dia tidak
harapkan."[36]
Morison tidak sendirian. Tak terhitung banyaknya para kritikus lain setelah meneliti
bukti-bukti kebangkitan Yesus, menerimanya sebagai fakta menakjubkan dalam sejarah
manusia. Namun kebangkitan Yesus Kristus mengangkat pertanyaan: Fakta bahwa Yesus
mengalahkan kematian, apa hubungannya dengan kehidupan saya? Jawaban pertanyaan
itu merupakan isi seluruh Perjanjian Baru KeKristenan
Apa Yang Yesus Katakan Setelah Kita Mati?
Jika Yesus benar-benar bangkit dari kematian, maka Dia seharusnya tahu ada apa setelah
kematian itu. Apa yang Yesus katakan mengenai arti kehidupan dan masa depan kita?
10
Apakah ada banyak jalan ke ALLAH atau klaim hanya Yesus satu-satunya jalan? Baca
jawaban yang mengejutkan di "Kenapa Yesus"
Klik disini untuk membaca "Kenapa Yesus" dan temukan apa yang Yesus katakan
mengenai kehidupan setelah kematian.
Bisakah Yesus Memberi Arti Pada Kehidupan?
"Kenapa Yesus?" meneliti pertanyaan Yesus relevan atau tidak sekarang ini. Bisakah
Yesus menjawab pertanyaan besar kehidupan, "Siapa saya!?" "Kenapa saya disini?" dan,
"Kemana saya pergi?" Penutupan gereja-gereja dan penyaliban telah menuntun sebagian
orang percaya Dia tidak bisa, dan Yesus telah meninggalkan kita untuk menghadapi
dunia yang tidak bisa dikontrol. Tapi Yesus telah membuat pernyataan mengenai
kehidupan dan tujuan kita ada disini di dunia, yang perlu diteliti sebelum kita
menyebutnya sebagai tidak peduli atau tidak mampu. Artikel ini meneliti misteri kenapa
Yesus datang di dunia.
Klik disini untuk menemukan bagaimana Yesus bisa memberi arti kehidupan.
ENDNOTES
1. Paul Edwards, “Great Minds: Bertrand Russell,” Free Inquiry, December 2004/January
2005, 46.
2. R. C. Sproul, Reason to Believe (Grand Rapids, MI: Lamplighter, 1982), 44.
3. Josh McDowell, The New Evidence That Demands a Verdict (San Bernardino, CA: Here’s
††††Life, 1999), 203.
4. Bertrand Russell, Why I Am Not a Christian (New York: Simon & Schuster, 1957), 16.
5. Joseph Campbell, an interview with Bill Moyers, Joseph Campbell and the Power of Myth,
PBS TV special, 1988.
6. Michael J. Wilkins and J. P. Moreland, eds, Jesus Under Fire (Grand Rapids, MI:
Zondervan, 1995), 2.
7. “What Is a Skeptic?” editorial in Skeptic, vol 11, no. 2), 5.
8. Wilbur M. Smith, A Great Certainty in This Hour of World Crises (Wheaton, ILL: Van
Kampen Press, 1951), 10, 11
9. Historian Will Durant reported, “About the middle of this first century a pagan named
Thallus … argued that the abnormal darkness alleged to have accompanied the death of
Christ was a purely natural phenomenon and coincidence; the argument took the
existence of Christ for granted. The denial of that existence never seems to have
occurred even to the bitterest gentile or Jewish opponents of nascent Christianity.” Will
Durant, Caesar and Christ, vol. 3 of The Story of Civilization (New York: Simon &
Schuster, 1972), 555.
10. Quoted in J. P. Moreland interview, Lee Strobel, The Case for Christ (Grand Rapids, MI:
Zondervan, 1998), 246.
11. Peter Steinfels, “Jesus Died—And Then What Happened?” New York Times, April 3,
1988, E9.
12. William D. Edwards, M.D., et al., “On the Physical Death of Jesus Christ,” Journal of the
American Medical Association 255:11, March 21, 1986.
13. Lucian, Peregrinus Proteus.
14. Josephus, Flavius, Antiquities of the Jews, 18. 63, 64. [Although portions of Josephus’
comments about Jesus have been disputed, this reference to Pilate condemning him to
the cross is deemed authentic by most scholars.]
11
15. Tacitus, Annals, 15, 44. In Great Books of the Western World, ed. By Robert Maynard
Hutchins, Vol. 15, The Annals and The Histories by Cornelius Tacitus (Chicago: William
Benton, 1952).
16. Gary R. Habermas and Michael R. Licona, The Case for the Resurrection of Jesus
(Grand Rapids, MI: Kregel, 2004), 49.
17. Frank Morison, Who Moved the Stone? (Grand Rapids, MI: Lamplighter, 1958), 9.
18. Paul L. Maier, Independent Press Telegram, Long Beach, CA: April 21, 1973.
19. Quoted in Josh McDowell, The Resurrection Factor (San Bernardino, CA: Here’s Life,
1981), 66.
20. Paul Johnson, A History of the Jews (New York: Harper & Row, 1988), 130.
21. John W. Montgomery, History and Christianity (Downers Grove, ILL: InterVarsity Press,
1971), 78.
22. Norman L. Geisler and Frank Turek, I Don’t Have Enough Faith to Be an Atheist
(Wheaton, IL: Crossway, 2004), 243.
23. Michael Green, The Empty Cross of Jesus (Downers Grove, IL: InterVarsity, 1984), 97,
quoted in John Ankerberg and John Weldon, Knowing the Truth about the Resurrection
(Eugene, OR: Harvest House), 22.
24. Paul Little, Know Why You Believe (Wheaton, IL: Victor, 1967), 44.
25. J. P. Moreland, Scaling the Secular City, (Grand Rapids, MI: Baker Book House, 2000),
172.
26. Charles Colson, “The Paradox of Power,” Power to Change,
www.powertochange.ie/changed/index_Leaders.
27. Morison, 104.
28. Gary Collins quoted in Strobel, 238.
29. Thomas James Thorburn, The Resurrection Narratives and Modern Criticism (London:
Kegan Paul, Trench, Trubner & Co., Ltd., 1910.), 158, 159.
30. Sherwin-White, Roman Society, 190.
31. Habermas and Licona, 85.
32. Habermas and Licona, 87.
33. Morison, 115.
34. J. N. D. Anderson, “The Resurrection of Jesus Christ,” Christianity Today, 12. April, 1968.
35. Durant, Caesar and Christ, 652.
36. Morison, 9.
Permission to reproduce this article: Publisher grants permission to reproduce this
material without written approval, but only in its entirety and only for non-profit use. No
part of this material may be altered or used out of context without publisher’s written
permission. Printed copies of Y-Origins and Y-Jesus magazine may be ordered at:
www.JesusOnline.com/product_page
© 2007 B&L Publications. This article is a supplement to Y-Jesus magazine by Bright
Media Foundation & B&L Publications: Larry Chapman, Chief Editor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar